|

|
Jum'at, 27 Maret 2009 00:00:00
Mari Memilih Wakil Rakyat yang Tepat
Satu periode keanggotaan DPR dan DPRD kita,
sebentar lagi akan berakhir. Banyak hal yang telah dihasilkan, namun tidak sedikit pula pengungkapan-pengungkapan perilaku
buruk dari para anggotanya, menjadi bahan pembicaraan luas ditengah-tengah masyarakat.
Harus diakui, banyak anggota
DPR RI dan DPRD kita yang bermasalah. Banyak yang tidak bertindak sebagai wakil rakyat, karena cenderung lebih mementingkan
kepentingan partai dan aktif mencari imbalan jasa atas setiap usaha atau kegiatan rapat yang mereka lakukan.
Jadi
jangan heran kalau tidak sedikit anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009 yang tersangkut masalah hukum, karena mereka memang
benar-benar tidak berniat sebagai wakil rakyat, namun sebagai wakil partai.
Perilaku yang tidak mementingkan rakyat,
masih pula ditambah dengan adanya perilaku amoral dalam diri sejumlah anggota DPR dan DPRD kita, yang suka melakukan tindak
pelecehan kepada kaum perempuan, atau menjadikan kaum perempuan sebagai "insan" melampiaskan nafsu birahi yang tak mampu
ditahan.
Baik buruknya moral seseorang, memang kita tidak tahu. Namun selayaknya kita, sebagai warga negara yang
berhak memilih wakil-wakilnya di DPR, tidak memilih pribadi-pribadi pemimpin yang tidak dapat menjaga sikap dan perilakunya,
karena buruknya perilaku anggota DPR dan DPRD kita, akan berimbas pada kinerja mereka sebagai anggota
legislatif.
Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memilih calon anggota legislatif, terutama yang kata-katanya
tidak hanya berisi janji-janji, suka membagi-bagikan uang, atau memilih seorang caleg yang hanya didasarkan pada pertimbangan
bahwa diri mereka berasal dari kaum "putih" yang akan membela rakyat habis-habisan.
Mari kita lihat kenyataan hidup
bahwa sejak mulanya tidak ada seorangpun di tanah darat bumi kita ini, yang benar-benar "putih dan bersih" tanpa bernoda.
Temukanlah nama calon anggota legislatif yang benar-benar bersedia hidup sebagai pengabdi bagi rakyat, bukan bersikap eksklusif
di mata rakyat, apalagi hanya berjuang untuk mementingkan kepentingan satu kelompok atau golongan masyarakat semata.
Artinya, kita memilih calon pemimpin yang benar-benar bersedia dan siap berdiri diatas kepentingan pribadi dan
kelompok. Mayoritas bukan berarti punya hak untuk menekan yang minoritas, karena tanpa kaum minoritas, negara ini tidak
memiliki simbol identitas PERSATUAN dan KESATUAN BANGSA.
Oleh sebab itu, kita harus memilih calon anggota
legislatif yang benar-benar mau mengabdi untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan
semata.
Bangsa ini bukan milik sekelompok atau segolongan orang saja. Bangsa ini adalah masyarakat majemuk yang
terdiri dari berbagai komunitas etnis, suku, dan iman kepercayaan. Bangsa ini adalah Bhineka Tunggal Ika sejak dulu
kala.
Pluralisme adalah fakta sejarah bangsa kita dan telah tercipta jauh sebelum negara kita menyatakan diri
sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadi, janganlah kita memilih calon anggota legislatif yang ingin
"menyangkal" adanya pluralisme dalam kehidupan masyarakat kita, sebab calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya
pluralisme, cepat atau lambat, mereka akan menebar benih-benih perpecahan dalam persatuan dan kesatuan di negara kita dengan
berbagai cara.
Kenapa demikian? Karena mereka akan memaksakan kehendak agar hanya ada satu culture saja di negara
ini, sedangkan negara kita terdiri dari aneka budaya dan suku daerah, yang merupakan karunia Tuhan dan membuat negara ini besar
serta kaya akan ragam kebudayaan daerah.
Tanggal 9 April 2009 nanti, bangsa Indonesia kembali akan mengadakan
pemilu. Salurkanlah aspirasi politik dengan memilih calon anggota legislatif yang dapat menyampaikan suara seluruh anggota
masyarakat, dan bukan segolongan saja.
Kita harus belajar dari situasi yang telah dibangun serta diciptakan oleh
para anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009, yang banyak menghasilkan produk UU yang tidak aspiratif (cenderung lebih
mengarah pada pemenuhan kepentingan golongan atau kelompok tertentu), dan banyak yang memiliki perilaku seorang koruptor atau
amoral.
Ir. Sarlen Julfree Manurung
dilihat : 450 kali